Sabtu, 20 Juli 2013

Renewable energi untuk ketahanan energi nasional berkelanjutan



Hiruk pikuk penentuan nasib kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mulai tak terdengar. Meskipun hasilnya pemerintah tetap memutuskan untuk mengurangi alokasi subsidi BBM serta masih ada beberapa pihak yang menyayangkan serta tidak sependapat dengan keputusan tersebut. Tetapi hal ini pasti sudah diperhitungkan secara matang oleh pemerintah baik mulai dampaknya ataupun yang lain untuk menentukan keputusan tersebut.
Terlepas dari semua carut – marut permasalahan harga subsidi BBM serta dampaknya bagi masyarakat, sebenarnya masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyiasati kondisi dilematis seperti ini. Salah satu alasan paling kuat untuk mengurangi subsidi adalah ketahan energi minyak indonesia yang semakin turun. Buktinya indonesia sekarang menjadi salah satu negara importi minyak di dunia.
Permasalahan krisis cadangan minyak bumi yang melanda Indonesia maupun negara lain di dunia merupakan masalah berefek jangka panjang serta jangka pendek. Sebab kebutuhan energi dunia selalu meningkat, menurut Internasional Energy Agency (IEA) mengatakan bahwa pada tahun 2015 konsumsi akan mencapai 99 juta barrel perharinya dan meningkat menjadi 116 juta barrel per hari di tahun 2030. Bahakan analisa lain memprediksikan konsumsi energi global meningkat sekitar 70% dalam periode tahun 2000 – 2030.
Ada beberapa penyebab utama menurunya cadangan minyak di Indonesia. Salah satunya ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil, menurut OECD/IEA,2006. Sistem kebutuhan energi saat ini selalu bertumpu pada energi fosil, sekitar 80,3 % pasokan energi primer berasal dari minyak bumi, gas bumi serta batu bara. Energi tersebut digunakan untuk pembangkit listrik, kebutuhan produksi pabrik, transportasi dan kebutuhan rumah tangga.
Pada dasarnya kebutuhan akan energi untuk manusia tidak akan berkurang, sebab selalu sebanding lurus dengan angka jumlah penduduk dan kebutuhan manusia. Tapi apabila tetap mengandalkan energi fosil sebagai sumber pemasok kebutuhan, hal ini mesti dikaji kembali, sebab energi fosil sangat sulit diperbaharui secara cepat dan singkat tetapi kebutuhan manusia selalu setiap saat.
Untuk mengurangi krisis cadangan energi yang melanda Indonesia dan ketahanan energi. ada beberapa cara salah satunya, Mulailah mengubah cara pandang masyarakat untuk tidak ketergantungan dengan bahan bakar tambang tetapi mengunakan energi terbarukan dan Renewable.
Contoh paling sederhana adalah menggunakan sampah tumbuhan menjadi bahan bakar energi atau sering disebut energi bioetanol. Indonesia dengan populasi tumbahan yang banyak sangat cocok untuk mengunakan energi ini. Sebab tidak akan sulit untuk mendapatkan bahan dasar bioetanol. Contohnya jagung, ketela, tebu bahkan sampah jerami. Bahan itupun juga dapat didapat dari limbah sampah dari pasar.
Tidak hanya itu selain bahan dasarnya murah dan mudah didapat keuntungan menggunakan energi Renewable adalah tidak mengandung gas emisi serta cara pembuatan sangat mudah. Sehingga semua kalangan masyarakat dapat memproduksinya sendiri.
Jika diproduksi secara masal maka akan berangsur – angsur berdampak besar untuk mengurangi krisis energi minyak bahkan akan menurunkan angka ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Apalagi jika hal ini didukung dengan baik oleh semua stekholder mulai pemerintah dalam pengelolaan kebijakan maupun bantuan dana, praktisi, akademisi dan masyarakat luas. Maka tidak akan tidak mungkin tercapainya ketahanan energi nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar