Hiruk pikuk penentuan nasib kebijakan subsidi Bahan
Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mulai tak terdengar. Meskipun hasilnya
pemerintah tetap memutuskan untuk mengurangi alokasi subsidi BBM serta masih
ada beberapa pihak yang menyayangkan serta tidak sependapat dengan keputusan
tersebut. Tetapi hal ini pasti sudah diperhitungkan secara matang oleh
pemerintah baik mulai dampaknya ataupun yang lain untuk menentukan keputusan
tersebut.
Terlepas dari semua carut – marut permasalahan harga
subsidi BBM serta dampaknya bagi masyarakat, sebenarnya masih banyak hal yang
dapat dilakukan untuk menyiasati kondisi dilematis seperti ini. Salah satu
alasan paling kuat untuk mengurangi subsidi adalah ketahan energi minyak
indonesia yang semakin turun. Buktinya indonesia sekarang menjadi salah satu
negara importi minyak di dunia.
Permasalahan krisis cadangan minyak bumi yang
melanda Indonesia maupun negara lain di dunia merupakan masalah berefek jangka
panjang serta jangka pendek. Sebab kebutuhan energi dunia selalu meningkat,
menurut Internasional Energy Agency (IEA) mengatakan bahwa pada tahun 2015
konsumsi akan mencapai 99 juta barrel perharinya dan meningkat menjadi 116 juta
barrel per hari di tahun 2030. Bahakan analisa lain memprediksikan konsumsi
energi global meningkat sekitar 70% dalam periode tahun 2000 – 2030.
Ada beberapa penyebab utama menurunya cadangan
minyak di Indonesia. Salah satunya ketergantungan masyarakat terhadap energi
fosil, menurut OECD/IEA,2006. Sistem kebutuhan energi saat ini selalu bertumpu
pada energi fosil, sekitar 80,3 % pasokan energi primer berasal dari minyak
bumi, gas bumi serta batu bara. Energi tersebut digunakan untuk pembangkit
listrik, kebutuhan produksi pabrik, transportasi dan kebutuhan rumah tangga.
Pada dasarnya kebutuhan akan energi untuk manusia
tidak akan berkurang, sebab selalu sebanding lurus dengan angka jumlah penduduk
dan kebutuhan manusia. Tapi apabila tetap mengandalkan energi fosil sebagai
sumber pemasok kebutuhan, hal ini mesti dikaji kembali, sebab energi fosil
sangat sulit diperbaharui secara cepat dan singkat tetapi kebutuhan manusia
selalu setiap saat.
Untuk mengurangi krisis cadangan energi yang melanda
Indonesia dan ketahanan energi. ada beberapa cara salah satunya, Mulailah
mengubah cara pandang masyarakat untuk tidak ketergantungan dengan bahan bakar
tambang tetapi mengunakan energi terbarukan dan Renewable.
Contoh paling sederhana adalah menggunakan sampah
tumbuhan menjadi bahan bakar energi atau sering disebut energi bioetanol. Indonesia dengan populasi
tumbahan yang banyak sangat cocok untuk mengunakan energi ini. Sebab tidak akan
sulit untuk mendapatkan bahan dasar bioetanol. Contohnya jagung, ketela, tebu
bahkan sampah jerami. Bahan itupun juga dapat didapat dari limbah sampah dari
pasar.
Tidak hanya itu selain bahan dasarnya murah dan
mudah didapat keuntungan menggunakan energi Renewable
adalah tidak mengandung gas emisi serta cara pembuatan sangat mudah.
Sehingga semua kalangan masyarakat dapat memproduksinya sendiri.
Jika diproduksi secara masal maka akan berangsur –
angsur berdampak besar untuk mengurangi krisis energi minyak bahkan akan
menurunkan angka ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Apalagi jika hal
ini didukung dengan baik oleh semua stekholder
mulai pemerintah dalam pengelolaan kebijakan maupun bantuan dana, praktisi,
akademisi dan masyarakat luas. Maka tidak akan tidak mungkin tercapainya ketahanan
energi nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar